...
HP POPULER MINGGU INI

Pengaruh Brexit terhadap Bisnis E-commerce di Asia Tenggara

| 12 Mar 2019 02:00
ARTIKEL POPULER SAAT INI

Pengaruh Brexit terhadap Bisnis E-commerce di Asia Tenggara

Bayang-bayang ketidakpastian telah muncul sejak Inggris pada 2016 memutuskan bakal hengkang dari Uni Eropa. Perdana Menteri Inggris Theresa May kini menghadapi tantangan besar: melakukan negosiasi kesepakatan yang mampu memuaskan parlemen Inggris dan negara-negara Uni Eropa sebelum 29 Maret 2019.

Meski banyak yang ingin menghindari terjadinya Brexit, kemungkinan keputusan itu terlaksana kian mungkin terjadi. Apa pengaruhnya peristiwa ini terhadap bisnis e-commerce? Mengingat konsekuensi Brexit yang berbuntut panjang, bagaimana efeknya terhadap Asia Tenggara?

Risiko dan potensi masalah terhadap perdagangan serta e-commerce

Brexit bisa menyebabkan Inggris kehilangan manfaat perdagangan pasar tunggal yang dinikmati para anggota Uni Eropa. Ini akan menyebabkan kontrol perbatasan yang lebih ketat, memperlambat pengiriman lintas negara, dan peningkatan biaya operasional untuk perusahaan yang beroperasi di Inggris dan Uni Eropa.

Bisnis seperti merchant e-commerce lintas negara, yang sangat bergantung pada rantai pasokan minim hambatan di antara kedua wilayah ini, akan merasakan imbasnya.

Misalnya, para pedagang di Inggris tidak lagi bisa menikmati manfaat aturan dagang jarak jauh. Peraturan ini mempermudah regulasi pajak untuk para merchant e-commerce dalam negara Uni Eropa. Mereka tidak perlu mendaftarkan pajak pertambahan nilai (PPN) di negara Uni Eropa lainnya saat melakukan penjualan lintas negara, selama angka penjualan tidak melebihi batas nilai tertentu.

Jika ingin tetap berjualan dari Inggris, para merchant e-commerce setidaknya bakal harus mendaftarkan PPN usaha mereka pada satu negara Uni Eropa yang menjadi target pasar. Atau, mereka perlu mendirikan pusat distribusi logistik di negara-negara Uni Eropa. Kedua keputusan ini membutuhkan ongkos tinggi, dan bukan hal yang menyenangkan bagi para merchant di Inggris.

Referendum Brexit juga diikuti oleh devaluasi terparah untuk mata uang pound sterling dalam tiga dekade terakhir. Devaluasi ini membuat biaya impor Inggris semakin mahal, sehingga berpengaruh negatif terhadap pedagang asing yang berjualan di Inggris. Selain itu, menurunnya nilai pound sterling membuat ekspor dari Inggris menjadi lebih murah dan memacu permintaan untuk ekspor.

Tidak semua komoditi impor yang dilakukan Inggris memiliki produk substitusi dari dalam negeri, sehingga mereka tetap harus diimpor. Situasi ini berpotensi meningkatkan biaya hidup dan ongkos produksi di Inggris. Para penduduk Uni Eropa bakal merasakan dampak serupa saat mengonsumsi produk dari Inggris. Demi menghindari masalah ini, kedua belah pihak kini tengah mencari partner dagang jangka panjang.

Singkatnya, peristiwa Brexit berarti perdagangan antara Inggris dan Uni Eropa akan makin lambat dan mahal karena terjadi peningkatan hambatan perdagangan dan tarif yang lebih tinggi.

Kondisi ini mengarah pada peningkatan biaya dan terganggunya rantai pasokan dari Inggris ke Uni Eropa. Di sisi lain, kebutuhan Inggris menemukan partner bisnis selain Uni Eropa dapat mengarah pada potensi kerja sama yang lebih luas secara global, termasuk dengan Asia Tenggara.

Peluang jangka panjang untuk Asia Tenggara

ASEAN dipandang sebagai ekonomi regional yang sedang naik daun. Baik Uni Eropa dan Inggris ingin memperkuat hubungan dagang dengannya. Negara-negara anggota ASEAN terletak di sepanjang rute perdagangan dekat Laut Cina Selatan, di mana rute ini dianggap sebagai pusat dalam pergerakan barang dagang internasional. Selain itu, ASEAN juga dianggap sebagai kawasan yang akan mengalami perkembangan e-commerce yang pesat.

Namun, manfaat dari membangun hubungan dagang dengan ASEAN akan membutuhkan waktu untuk mendapatkan hasil. Inggris dan Uni Eropa masih akan sangat bergantung satu sama lain dalam jangka pendek, dan perjanjian dagang ini membutuhkan waktu untuk berkembang.

Inggris masih memberikan sinyal bahwa mereka ingin membangun hubungan dagang dengan pasar selain Uni Eropa untuk jangka waktu panjang.

Memperkuat hubungan dagang dengan ASEAN

Guna mengurangi ketergantungan pada Uni Eropa, Inggris sedang mengembangkan rencana ekonomi yang lebih ramah terhadap bisnis global. Termasuk di antaranya pengurangan pajak perusahaan, menambah dukungan untuk bisnis ekspor Inggris, serta meningkatkan hubungan dengan perusahaan-perusahaan luar negeri, adalah beberapa contoh inisiatif yang tengah diambil.

Sebagai salah satu langkah dagang pertama setelah Brexit, Inggris menempatkan Asia Tenggara sebagai salah satu prioritas untuk peningkatan perdagangan dan investasi, misalnya dengan melanjutkan perjanjian perdagangan bebas dengan Singapura dan Vietnam.

Inggris juga berencana memperkuat pengaruh mereka terhadap pasar di Asia Tenggara. Dalam jangka panjang, ini bisa berarti bahwa para merchant dari e-commerce Asia Tenggara akan mendapat akses ke konsumen Inggris.

Uni Eropa cari lebih banyak kesempatan perdagangan internasional

Tidak ingin terlihat seperti berdiam diri setelah Brexit, Uni Eropa juga tertarik untuk memulai lebih banyak negosiasi dengan mitra internasional. Mereka juga menunjukkan keinginan untuk bekerja sama dengan ASEAN lewat langkah negosiasi dengan para anggotanya dan merencanakan perjanjian antar wilayah.

Kerja sama lanjutan antara kedua kawasan ini makin diperkuat oleh kesuksesan negosiasi perjanjian perdagangan bebas antara Uni Eropa-Singapura. Dengan cara ini, Singapura dapat berfungsi sebagai pusat perdagangan Uni Eropa di Asia Tenggara, seperti halnya Inggris sebagai titik masuk ke Eropa untuk negara-negara lainnya.

Dengan menjadikan perjanjian tersebut sebagai batu pijakan, kerja sama ini dapat membantu Asia Tenggara meningkatkan akses terhadap pasar di Eropa dalam berbagai sektor, serta menghilangkan tarif perdagangan antar kedua wilayah. Hal ini akan menjadi kabar baik bagi para merchant lintas negara.

Baik Uni Eropa dan Inggris sama-sama melihat ASEAN sebagai mitra dagang utama di tengah-tengah ketidakpastian efek Brexit. Negara-negara ASEAN, di sisi lain, ingin memperdalam hubungan lintas batas ini, karena mereka memprioritaskan penghapusan hambatan dagang.

Dengan mempertimbangkan keadaan ini, tergantung pada bagaimana perjanjian ini dinegosiasikan, Asia Tenggara berpotensi mendapat manfaat dari peningkatan hubungan dagang dengan Inggris dan Uni Eropa.

Rencana memperluas bisnis e-commerce

Mengenai rencana untuk meningkatkan bisnis e-commerce, program Digital Single Market Initiative yang dijalankan oleh Komisi Eropa dapat membantu para merchant Asia Tenggara. Inisiatif ini bertujuan untuk melakukan digitalisasi terhadap pasar tunggal Uni Eropa dan meningkatkan akses konsumen terhadap produk-produk online. Program ini juga ingin menghapus perbedaan antara toko online dan offline, dengan memastikan tersedianya layanan online berkecepatan tinggi dan aman.

Langkah-langkah ini bermanfat terhadap kedua belah pihak:

  1. Warga Uni Eropa akan memiliki akses yang lebih banyak terhadap barang dan jasa digital, dan
  2. Para merchant dari Asia Tenggara akan mendapat lebih banyak pelanggan potensial e-commerce dari Uni Eropa.

Adapun Asia Tenggara, negara-negara di kawasan ini sedang membenahi infrastruktur internet masing-masing dan meningkatkan berbagai aspek untuk perkembangan bisnis e-commerce.

ASEAN baru-baru ini menandatangani pakta e-commerce, yang bertujuan untuk memajukan regulasi perdagangan dan membangun konektivitas yang lebih baik untuk kawasan ini. Ini merupakan dampak dari meningkatnya penetrasi internet di Asia Tenggara.

Perjanjian ini juga bertujuan untuk mengurangi hambatan yang bersifat nontarif dalam regional ASEAN untuk e-commerce, seperti masalah logistik di beberapa daerah dan regulasi digital lintas batas. Perjanjian-perjanjian ini berpotensi membantu para merchant dari Asia Tenggara menjual lebih banyak produk ke berbagai pelanggan dari Uni Eropa dan Inggris.

Jadi apa artinya semua ini?

Kesediaan Uni Eropa dan Inggris memperkuat hubungan dagang dengan ASEAN, serta perkembangan bisnis e-commerce Asia Tenggara dan Uni Eropa, dapat mengarah pada peningkatan perdagangan e-commerce antara semua pihak.

Semakin banyak kesepakatan dagang dan perjanjian perdagangan bebas antara ASEAN, Inggris, dan Uni Eropa dapat berarti kesempatan yang makin besar bagi para merchant dari Asia Tenggara untuk masuk ke pasar internasional.

Peristiwa Brexit mengakibatkan banyak ketidakpastian, tapi bisa juga berarti kesempatan besar bagi Asia Tenggara. Uni Eropa dan Inggris sedang mencari peluang dagang yang lebih baik dengan kawasan lain.

(Artikel ini pertama kali dipublikasikan dalam bahasa Inggris. Isi di dalamnya telah diterjemahkan dan dimodifikasi oleh Fairuz Rana Ulfah sesuai dengan standar editorial Tech in Asia Indonesia. Diedit oleh Iqbal Kurniawan)

Like
Simpan
Bagikan
Rekomendasi
Indonesia's Largest Mobile Phone Directory
Di InPonsel, kamu bisa dengan mudah menemukan hp yang diinginkan dan mendapatkan informasi terkait berdasarkan relevansi produk. Kamu juga dapat memberikan review produk, berlangganan berita sesuai minat dan berinteraksi dengan pengunjung lain.



InPonsel @ 2024, PT InTele Hub Indonesia